Oleh: Chazali H. Situmorang *)
PADA 27 November 2022 dini hari, dalam
Forum Musyawarah Nasional (Munas) XI Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam
(KAHMI), telah terpilih
9 Presidium Majelis Nasional (MN) KAHMI Periode 2022-2026.
Urutan
masing-masing,
sesuai dengan perolehan suara adalah: Ahmad Doli Kurnia (politisi Golkar), Ahmad Yohan (politisi PAN), Herman Khaeron (politisi Demokrat), Saan Mustopa (politisi Nasdem), M.
Rifqinizamy Karsayuda (politisi PDIP), Abdullah Puteh (anggota DPD dari Aceh), Romo
HR Muhammad Syafii (politisi Gerindra), Zulfikar Arse Sadikin (politisi Golkar) dan
Sutomo (pengusaha).
Pertama
sekali kita ucapkan selamat kepada mereka yang terpilih. Secara pribadi yang
saya kenal baik adalah Dolly, Romo dan Herman Khaeron. Saan Mustopa dan
Abdullah Puteh saya mengenal mereka, tetapi belum pasti mereka mengingat saya.
Jika dilihat
formasi latar belakang Presidium, tidak dapat dibantah bahwa mesin partai
dimana mereka sebagai aktivis turut bekerja untuk mengkondisikan suara dari
para pengurus daerah dan wilayah KAHMI. Tidak perlu mereka mengenal secara
personal, bagaimana kapasitasnya. Yang pasti kader HMI, berkiprah di politik, serta sukses berperan di partai politik.
Kualitas
insan cita HMI, mereka sudah miliki. Teruji dalam perjalanan waktu di arena politik praktis.
Kapasitas intelektual mereka sudah berada di atas rata-rata. Secara ekonomi juga mereka sudah terbilang
mapan.
Kehadiran
hampir sebagian besar partai politik melalui aktivisnya yang menjadi Presidium
MN KAHMI, sebagai bukti
apa yang dikatakan Prabowo di Forum Munas KAHMI, bahwa kaukus HMI di parlemen adalah
yang terbesar (HMI Connenction).
Mungkin
peran HMI Connection ini diketahui Presiden Jokowi. Presiden menyatakan akan
hadir dan membuka Munas KAHMI XI di Palu pada tanggal 25 November 2022. Tetapi, Presiden Jokowi
akhirnya urung hadir dan mengutus Wapres KH. Ma’ruf Amin.
Presiden Jokowi urung hadir karena Panitia Munas
turut mengundang Anies
Baswedan, yang
juga aktivis HMI dan pernah di MN KAHMI. Protokol Istana meminta agar nama Anies dicoret dari
daftar yang diundang . Mulanya Panitia bimbang, tetapi tetap memutuskan Anies diundang.
Kejadian itu
membangun soliditas dan semakin meningkatan hubungan emosional untuk mendukung
Anies sebagai Calon Presiden. Kehadiran Anies di Forum Munas, disambut meriah dan luar
biasa. Demikian juga oleh masyarakat Palu yang menunggu di Airport Palu
menyambut kedatangan Anies.
Secara
politis, kebijakan Presiden Jokowi tidak taktis. Sebagai Presiden yang akan
berakhir periodenya, sapa dengan baik Anies di Forum Munas itu. Walapun momen itu Pak
Jokowi kalah pamor dari Anies, tidak mengapa. Itu risiko sebagai Presiden yang akan
berakhir. Tetapi bagaimanapun langkah itu akan menuai simpatik dari peserta
Munas yang berintelektual dan bernalar tinggi. Beda dengan relawan-relawan yang
tidak jelas nalar intelektualnya, semboyannya “pokok e...”
Kehadiran
konfirgurasi representasi 7 partai politik papan atas dan menengah di Presidium
MN KAHMI 2022-2026, mengindikasi
periode mendatang ini adalah periode tahun politik. Karena dalam periode
tersebut, pileg
dan pilpres berlangsung.
Oleh karena
itu, saya tidak terlalu kaget jika majelis wilayah dan majelis daerah KAHMI
seluruh Indonesia
condong menjatuhkan pilihan pada para politisi, tidak para akademisi, atau birokrasi yang di masa pemerintahan
Jokowi tidak berdaya dan cenderung mengikuti arus.
Perlu kita
cermati, bahwa di kalangan
pemerintahan dan perguruan tinggi, yang terjadi adalah mono dinamika. Yaitu
dinamika yang pada satu arah, satu kepentingan dan cenderung mengedepankan
kekuasaan.
Sedangkan di
partai politik, yang terjadi adalah multi dinamika, kecuali satu atau dua
partai saja yang tidak. Multi dinamika ini dapat dimainkan oleh MN KAHMI untuk memperjuangkan suara sebagaian
besar anggota KAHMI yang kecendrungannya menginginkan kadernya sendiri, yaitu Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Setidaknya, ada 3 partai (Golkar, Gerindra, PAN)
yang aktivisnya menjadi Presidium, diharapkan berperan meyakinkan para petinggi
partai yang mereka ada di dalamnya,
tidak menjegal Anies untuk masuk dalam bursa calon presiden. Itu target
minimal. Maksimalnya partai-partai itu mencalonkan Anies. Apalagi, jika elektabilitas Anies terus
meroket.
Kehadiran MN
KAHMI dengan presidium lintas partai ini sudah
mewarnai periode sebelumnya. Tetapi masih ada 3 orang yang mewakili
intelektual. Pergeseran formasi, yang didominasi warna partai, sepertinya memberikan isyarat agar para alumni HMI dapat
berperan optimal untuk berselancar di pusat-pusat kekuasaan. Dulu yang semangatnya
sebagai paguyuban (saya ingat Pak JK pernah menyampaikan hal itu), saat ini MN KAHMI sudah menjadi lembaga yang cenderung
menjadi instrumen politik.
Apakah itu
karena pengaruh lingkungan ketatanegaraan kita, atau memang para alumni HMI itu
cenderung bermain politik? Sistem perkaderan kita memang mengharuskan para aktivis HMI
tidak boleh buta politik. Panggung politik harus dikuasai. Jika dikuasai pihak
lain, aktivis HMI akan jadi korban dan bulan-bulanan politik.
Tetapi masih
banyak alumni HMI yang menjauhi politik. Lebih menekuni profesi dan
pekerjaannya. Sehingga, tidak tertarik dengan hiruk-pikuknya aktivitas KAHMI. Keberadaan mereka itu juga penting.
Mereka memanifestasikan insan cita HMI dalam kerja-kerja sosial, filantropi,
aktivis LSM, menjadi tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Fleksibilitas MN KAHMI
Dengan
lintas partai yang cukup banyak di Presidium MN KAHMI, tentu MN KAHI tidak bisa dipaksakan untuk
memberikan pandangan politik dari satu politik tertentu. Harus ada spektrum
convergensi berbagai in put, menjadi out put yang lebih fleksibel, arif,
kompromistis. Bagaimana memformulasikannya, para presidium itu sudah sangat mahir.
Apalagi ada 2 pesidium
(Doli, dan Herman Khaeron) juga sebagai presidium periode lalu.
Warna presidium seperti ini, harus diperkuat
dengan Dewan Pakar yang dipimpin Prof Mafhud, MD., yang lebih aktif dan produktif.
Dewan Pakar memberikan feeding kepada Presidium dengan pendekatan analisis empiris, dan dapat menjadi acuan
praktis bagi Presidium.
Diskusi
dengan Presidium secara rutin perlu dilakukan oleh Dewan Pakar, dengan membahas
berbagai bidang
ekonomi, sosial, politik, budaya, teknologi dan lainnya.
Setidaknya
setiap 3 bulan, ke-9 Presidium MN KAHMI melakukan focus group discussion
dengan Dewan Pakar,
dengan mengusung tema atau hot issue yang sedang berlangsung.
Dewan Pakar
sebagai think
thank dapat
memindahkan isi kepala Dewan Pakar itu ke kepala Presidium. Atau saling berkontribusi isi
kepala Dewan Pakar dengan Presidium.
Pola
hubungan kerja organ
MN KAHMI periode lalu
perlu diperbaiki. Kalaupun ada Koordinator Presidium secara periodik, bukan
berarti anggota Presidium lainnya “menghilang”.
Perlu dilakukan
pembagian tugas yang jelas. Misalnya setiap anggota Presidium membina majelis wilayah dan daerah per-zona wilayah. Ada 9 presidium, berarti
ada 9 zona wilayah gabungan beberapa provinsi.
Dengan
demikian intensitas komunikasi Presidium dengan majelis wilayah
dan daerah semakin baik,
dan konsolidasi organisasi dapat semakin rapi dan solid. Terutama menjelang pemilu, KAHMI wilayah dan daerah ditingkatkan perannya untuk
mendorong partisipasi masyarakat mengikuti pemilu.
Selamat
bekerja Presidium MN KAHMI, semoga sukses dan yakin usaha sampai (YUS).***
*) Penulis adalah Alumni HMI Cabang Medan, mantan Sekretaris Jenderal Kementerian
Sosial RI