Dramatisasi "Araskabu" oleh anak MAN 1 Deliserdang. FOTO: AgioDeli.ID/alexander chrissie
AgioDeli.ID – Seniman musik Lily Suheiry masih meninggalkan jejak sejarah di Stasiun Kereta Api Araskabu, Desa Araskabu, Kecamatan Beringin, Kabupaten
Deliserdang, Sumatera Utara.
Stasiun
Kereta Api Araskabu pernah diberondong peluru dari pesawat
sekutu tahun 1944 silam. Namun, bangunan bersejarah itu masih berdiri kokoh.
Mengenang kembali peristiwa di Stasiun Kereta Api Araskabu dapat membangkitkan semangat nasionalisme.
Generasi muda perlu tahu dalam rangka memupuk rasa kebangsaan yang tinggi.
Untaian kalimat itu merupakan bagian dari orasi budayawan Tengku Zainuddin, Minggu
(14/8/2022), dalam acara
"Panggung Sejarah Araskabu". Kegiatan menjelang peringatan
HUT Ke-77 Republik Indonesia ini digelar Forum Sastrawan Deliserdang (FOSAD)
Lebih lanjut
Zainuddin menambahkan, Pemerintah memang giat membangun secara fisik, namun
pembangunan spiritual juga jangan dilupakan. Dan, gedung stasiun lama Araskabu berada
di antara gedung baru stasiun yang
megah. Gedung tersebut merupakan sejarah yang layak dijadikan cagar budaya
. Pantas kita selamatkan kembali mengingat gedung ini artefak sejarah yang
hampir dilupakan.
"Ini
akan saya komunikasikan kepada pihak-pihak terkait apalagi di dalamnya ada seniman besar Lily
Suhery dan kawan-kawannya," kata Pembina FOSAD itu.
Mewakili Pemerintah Deliserdang, Suryadi mengatkan
pihaknya memang telah mencatat Stasiun Araskabu pernah diteliti sebagai warisan
cagar budaya. Maka dirinya sangat mengapresiasi acara yang diselenggarakan
FOSAD untuk mendukung gedung stasiun Araskabu sebagai gedung yang punya catatan
sejarah.
"Nilai
sejarah melawan sekutu merupakan nilai-nilai patriotisme dan dapat mengobarkan
kebangkitan nasional," pungkasnya.
Turut
memberi sambutan juga Kepala Stasiun Araskabu Ali Putra Harahap yang menyatakan
pihaknya mengapresiasi untuk kegiatan yang diselenggarakan FOSAD. "Kita
mendukung kegiatan ini dan diharapkan tidak hanya sekali" katanya.
Sedang
Kepala Polsek Beringin diwakili Wakapolsek Iptu Sulino mengakui, semangat
nasionlisme masyarakat mulai luntur. "Untuk mengibarkan bendera saja warga
sudah sulit. Kiranya kegiatan yang dibuat semacam FOSAD kedepan terus kita dorong,"
paparnya.
Turut hadir
dalam acara itu para tokoh masyarakat dan pemuda Araskabu, para pejabut
setempat dan DHD'45 serta Mutiara Coffe. Sedang dari kalangan seniman tampak
hadir Jaya Arjuna, Prof Umar Zein, Jon Triono, Iwan Amri, Heru Winarto, Agus
Widodo, Sukisno, Amruzal, Hidayat Banjar, Sulaiman Sambas, Mansur Nasution,
Sumargi Gunarto, Bambang Triogo dan anak-anak Sanggar Rowo serta lainnya.
Acara
diwarnai tabur bunga. Dalam kesempatan itu para undangan menyaksikan pameran lukisan oleh
anak-anak Sanggar Rowo, dilanjutkan dramatisasi "Araskabu" oleh anak MAN 1 Deliserdang
dipimpin Rosid,
S.Ag., pembacaan puisi di antaranya oleh Prof Umar Zein,
Sulaiman Sambas, Bung Kamal Nasution dan mahasiswa.
Terpisah,
pengurus Bidang Sosial Budaya Dewan Harian Daerah 45 (DHD 45), Harun Al Rasyid mengaku sangat mendukung acara yang
diprakarsai FOSAD. Apalagi, peristiwa pengeboman kereta api yang ditumpangi seniman-seniman asal Sumut itu
kini nyaris terlupakan.
"Kita
mendorong kemungkinan gedung stasiun lama Araskabu dijadikan museum dan agar
peringatan semacam ini bisa membangkitkan nasionlisme generasi muda," ujar
Harun yang mengatakan dia dan kawan-kawan terpaksa harus duduk di trotoar
karena tak kebagian kursi.
Pembacaan puisi dalam "Panggung Sejarah Araskabu". FOTO: AgioDeli.ID/istimewa |
Ketua Panitia Panggung Sejarah Araskabu, Bung Kamal Nasution mengatakan Peristiwa Lily Suheiry terjadi tahun 1944 ketika rangkaian gerbong kereta api yang membawa rombongan seniman dalam grup sandiwara Kinsei Gekidan pimpinan Lily Suheiry berangkat dari Stasiun Kereta Api Medan menuju Pematang Siantar.
Di Stasiun Araskabu, kereta yang mereka tumpangi berhenti untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang lainnya. Saat itulah pesawat terbang Mustang milik sekutu tiba-tiba
muncul dan langsung memberondong orang-orang yang ada di stasiun kereta itu.
Dalam
peristiwa tragis tersebut, selain warga sipil, sejumlah seniman rekan Lily
Suheiry terluka bahkan tewas. Di antaranya Miss Rubiah, Ani Kinsei, Zubaidah
Rahman, Hasan Ngalimun, Hasim Ngalimun, Nunung S dan lain-lain. Bahkan seorang
biduan wanita bernama Miss Diding tewas di tempat.
Berdasarkan
peristiwa tragis itulah Lily Suheiry menciptakan komposisi lagu, “Araskabu.”
"Sayang,
peristiwa berdarah dalam perjalanan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia,
yang terjadi di stasiun Araskabu itu bukan hanya luput dari catatan sejarah,
tapi bahkan nyaris dilupakan," ujarnya. (alexander
chrissie)